Little Woman (Cerpen)

Cerpen By: TheDarkNight_


Di panggung sana, Laura sedang memberikan motivasi kepada para penonton. Seluruh penonton di buat takjub dengan betapa hebatnya Laura dalam hal pencapaiannya dan juga publik speakingnya.

Aku semakin tersenyum begitu seluruh penonton bertepuk tangan saat Laura menyelesaikan acaranya. Dia Laura, adikku. Dia Laura, kebangganku.

Saat ini, Laura dicap sebagai perempuan yang kreatif dan penyayang serta bermanfaat bagi sesama, khususnya bagi anak-anak. Di umurnya yang masih menginjak 22 tahun, dia sudah membangun banyak panti asuhan untuk anak-anak dan juga banyak restauran.

Anak-anak panti asuhan menyebutnya sebagai ibu peri. Laura, Si Ibu Peri. Sebutan itu dia dapatkan karena kasih sayang yang dia curahkan begitu besar kepada mereka. Semuanya dia berikan kasih sayang, tanpa kecuali dan tanpa membeda-bedakan.

Pencapaiannya saat ini merupakan sebuah perjalanan panjang yang telah dia lalui. Tangisan yang dia curahkan, kekecewaan yang dia rasakan, dan rasa sakit yang begitu mendalam. Aku menjadi saksi perjuangannya.

Dulu, dia memiliki cita-cita ingin menjadi seorang dokter. Alasannya sederhana dia ingin bermanfaat untuk orang lain. Dari jenjang SD sampai SMA semangatnya terus membara untuk mengejar itu. Dia selalu menjadi juara kelas. Namun, cita-citanya terhenti karena ada sebuah syarat baru yang tidak bisa dia penuhi. Laura memiliki tinggi badan yang tidak normal. Dia pendek jika dibandingkan dengan perempuan seusianya.

Saat itu, Laura terpuruk. Cita-citanya harus dia kubur begitu saja. Aku sebagai abang satu-satunya memberikan nasihat, 'kalau menjadi berguna bukan hanya menjadi dokter.  Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menjadi berguna. Bahkan, dengan hal-hal kecil saja bisa.'

Aku mengingatkan kembali hobinya yaitu memasak. Dia mengobati keterpurukannya dengan memasak. Laura memiliki kreativitas yang tinggi. Dia memadukan antara kreativitasnya dalam memasak. Dia berhasil menciptakan resep-resep baru.

Dari situlah dia membuka sebuah restoran dan mempekerjakan orang-orang yang memiliki kondisi fisik yang tidak sempurna. Mungkin di situlah menjadi berkahnya, restorannya berkembang pesat sampai membuka banyak cabang.

Saat berada dipuncak, Laura tidak pernah sombong. Rasa untuk menjadi manusia yang bermanfaat tidak pernah dia lupakan dan untuk mewujudkan itu dia membangun banyak panti asuhan dan saat ini dia ingin membuka panti jompo gratis untuk para lansia.

Adikku itu memberikan sebuah pelajaran berharga untukku. Dia tidak sempurna, dia berbeda, tetapi ketidaksempurnaannya bukan menjadi sebuah hambatan. Dia masih bisa mengejar cita-cita yaitu menjadi berguna dengan cara yang lain.

'Kekurangan bukan hambatan,' katanya saat menutup acara talk show tadi.

"Bang, aku dapat tawaran," ucapnya yang sudah berada di sebelahku. Entah sejak kapan.

Aku menatapnya yang juga sedang menatapku, matanya berbinar-binar. Ada kebahagiaan di sana. "Tawaran apa? Kerja sama dengan restauran kamu?" ucapku menduga.

Dia menggeleng. "Tadi direktur utama salah satu perusahaan mendatangi aku, dia menawarkan aku untuk menerima sumbangan dari sebagai pendapatannya untuk memperbesar panti asuhan dan juga sebagai tambahan untuk membuat panti jompo."

"Kamu terima?"

"Iya. Langsung aku terima." Niat baik yang langsung diyakini menjadi hal baik.

"Yaudah, bagus. Ayo kita pulang." Dia mengangguk lalu kami berjalan beriringan memasuki mobil. Di dalam mobil hanya keheningan yang tercipta.

"Dek," aku mulai membuka suara.

"Iya?"

"Kamu bahagia?"

Dia berpikir sebentar lalu mengangguk mantap. "Sangat bahagia."

"Karena?"

"Membuat banyak orang bahagia."

Selesai ....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

wattpad

Positive Body Image (Cerpen)