Black Pearl (Cerpen)

 Penulis Cerpen: TheDarkNight_


Di panggung catwalk sana, seorang wanita berkulit coklat berjalan dengan begitu anggunnya. Aura kecantikannya begitu memukau sampai-sampai seluruh pasang mata menatapnya dengan takjub. Gadis itu bernama Mutiara. Dia Mutiara hitamku.

Dari SMA aku sudah menjalin kasih dengannya. Aku menyukainya karena dia berbeda. Dia tampil apa adanya dan tidak mengikuti standar kecantikan yang ada. Aku menyukai tiga hal spesial yang ada dalam dirinya yang tersimpan sampai sekarang yaitu keberanian, kejujuran, dan kecantikan.

Akan aku ceritakan sedikit tentang masa SMA kami dan juga tentang dia.

Dia dan dua temannya adalah murid pindahan di sekolahku. Saat itu kami kelas dua SMA. Dia dan kedua temannya memperkenalkannya diri dan ternyata mereka berasal dari daerah yang sama. Menariknya, diantara tiga temannya dia yang paling mencolok. Kedua temannya berkulit putih dan dia berkulit coklat kehitaman, meskipun berbeda diperkenalkan itu dia tidak malu.

Dengan rasa percaya diri dia memperkenalkan diri. Dia bangga menjadi bagian dari daerah tempat dia tinggal. Untuk pertama kalinya aku tertarik padanya.

Di kelas kami, hanya dia yang memiliki kulit seperti itu, sisanya berkulit putih termasuk diriku. Karena itu dia mendapatkan banyak penghinaan. Minoritas yang sepertinya tidak salah untuk ditindas. Pandangan yang salah dari murid-murid di kelas.

Banyak yang bilang dia tidak pantas diberi nama Mutiara. Mutiara itu bening, bersih, dan putih, tidak seperti dia. Tidak hanya itu, banyak kata-kata menyakitkan yang ditujukan kepadanya.

Hampir semua murid kelas mem-bully-nya kecuali aku, bahkan kedua temannya tadi juga mem-bully-nya. Entahlah, aku percaya dibalik dia yang seperti itu banyak kelebihan yang dia punya. Dan yang paling aku rasakan dia memiliki kecantikan yang banyak orang tidak merasakannya.

Berutungnya aku dan dia sempat menjadi sepasang kelompok. Dari situ  aku mulai dekat dengannya. Kita menjadi dekat, bahkan  kelas tiga SMA kita semakin dekat karena kebetulan kita sekelas.

Rasa tertarikku dengan dia semakin membesar begitu dia menceritakan tentang kedua temannya. Awalnya dia tidak mau menceritakan, tetapi aku memaksa.

Mutiara bercerita kalau sebenarnya kedua temannya memiliki warna kulit yang hitam juga, tetapi mereka berdua melakukan sebuah operasi untuk mengubah warna kulit. Alasannya sederhana, ingin cantik dan tidak dibully karena berbeda. Pada saat itu Mutiara diajak melakukan hal yang sama, tetapi gadis itu menolak.

Aku bertanya kenapa dia tidak melakukannya juga, Mutiara menjawab karena dia tidak mau menghilangkan ciri khas dari daerahnya.

Begitu mendengarnya aku langsung terperangah. Ada hal spesial yang ada di dalam dirinya dan mungkin saja dia tidak sadar.

Mutiara memiliki keberanian untuk menjaga ciri khas dari daerahnya, walaupun dia tahu dia berpeluang besar untuk dibully karena berbeda.

Kedua, gadis itu memiliki kejujuran, dia jujur kepada dirinya dan juga orang lain tentang apa adanya dia.

Ketiga, dia memiliki kecantikan yang ada di dalam dirinya. Tambahan, menurutku parasnya juga cantik. Dia sesuai dengan standar perempuan cantikku.

Karena perbincangan itu, rasa yang aku punya kepadanya bukan hanya sekedar tertarik dan menyukai, tetapi aku juga jatuh cinta dengannya. Sebulan menjelang kelulusan, aku menyatakan cinta dan dia menerimanya.

Pertama kalinya ada seorang pria berkulit putih berpacaran dengan perempuan berkulit hitam. Berita itu sempat heboh seantero sekolah. Namun, aku tidak peduli dan aku menyuruh Mutiara juga agar tidak memerdulikan itu. Dia menuruti. Kami menjadi pasangan kekasih yang bahagia pada saat itu, walaupun banyak mulut-mulut jahat yang menghina kami.

Kelulusan sekolah pun tiba. Betapa terpukaunya aku begitu nama Mutiara dipanggil ke atas panggung untuk mendapatkan penghargaan karena menjadi siswa dengan nilai terbaik. Aku tersenyum dan meneriaki namanya dengan bangga. Banyak orang-orang yang dulunya memandangnya sebelah mata kini memandang dengan tatapan terpukau. Gadisku memang luar biasa.

Beberapa tahun kemudian, dia memberitahukanku bahwa dia ditawarkan untuk masuk ke dunia modeling. Dengan dukungan penuh aku mendorongnya agar menerima ajakkan itu dan benar saja dia berhasil mencapai puncak. Banyak penghargaan yang dia dapatkan.

Menurut banyak orang, dia tidak cantik. Menurutku, dia cantik. Dengan masuk ke dunia modeling dia memberitahu banyak orang kalau cantik tidak harus memiliki kulit putih. Standar kecantikan yang selama ini banyak orang yakini, seakan dihancurkan olehnya.

Dia cantik karena apa adanya.

Saat ini, aku kembali menatapnya yang juga menatapku. Bibir coklatnya tersenyum kepadaku. Dia turun dari catwalk dan duduk tepat di sebelahku.

"Kamu cantik," kalimat itu yang pertama keluar dari mulutku.

Dia terkekeh pelan, menampakkan giginya yang putih. Manis sekali. "Kamu udah berkali-kali bilang itu, aku udah hafal." Dia membuka ponselnya lalu memberikannya kepadaku, "Aku baru dapat info, lusa ada reuni SMA. Kamu datang?" tanyanya.

Aku mengalihkan pandangan, berpikir sebentar lalu kembali menatapnya. "Kalau aku enggak datang, kamu tetap datang?"

Dia menganggukkam kepala. "Kamu datang atau enggak, aku tetap datang" ucapnya tegas. Hal-hal seperti ini yang bikin aku jatuh cinta berkali-kali.

"Sendirian?" ucapku menggoda.

Dia mengangguk mantap. "Iya. Enggak masalah juga kalau sendirian."

"Ok, aku datang. Sekalian ngasih undangan pernikahan kita."

๐Ÿ’ƒ๐Ÿพ๐Ÿ•บ๐Ÿป๐Ÿ’ƒ๐Ÿพ๐Ÿ•บ๐Ÿป

"Mutiara hitam benar-benar jadi mutiara, dia," ucap seorang perempuan yang dulunya menjadi salah satu orang yang paling sering memberikan penghinaan.
Mendapat pujian itu, Mutiara hanya tersenyum sambil merendahkan diri kalau dia bukan apa-apa.

"Udah jadi model terkenal dan mendunia. Keren sih. Bangga gue satu daerah sama lo." Mutiara kembali membalas dengan senyuman temannya yang sedaerah dengannya. "Nyesel gue ganti warna kulit kalau pada dasarnya warna kulit gue udah cantik," ucapnya lagi.

"Iya, benar. Gue juga nyesel," dia merangkul Mutiara dengan erat, "Mut, maaf ya dulu enggak membantu lo saat di bully. Bukannya membantu gue malah ikut membully juga, maaf ya."

"Iya, itu udah lama. Lupain aja. Aku aja udah lupa." Itu yang aku maksud kecantikan dari dalam. Dia tidak memiliki dendam sedikit pun kepada orang yang menyakitinya.

Aku mengeluarkan undangan pernikahan kami dan memberikan kepada mereka. "Undangan pernikahan gue sama Mutiara, jangan lupa kalian datang ya."

"Pasti datang, sahabat gue nikahan sama enggak datang," ucap salah satu anak kelas kami dulu dan setelah itu banyak orang yang setuju dengan ucapannya dengan kata lain banyak yang akan datang.

Aku tersenyum kecut mendengarnya dan bersyukur atas kejadian di masa lalu. Bersyukur karena sejak awal Mutiara diberitahu kalau mereka memang bukan teman yang baik.

Di setiap kejadian baik atau buruk, selalu ada hal baik di dalamnya.

Selesai.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

wattpad

Little Woman (Cerpen)

Positive Body Image (Cerpen)